Ketika AI Jadi Tempat Tanya Jawab Agama
Dulu orang mencari nasihat dari guru, ustaz, atau buku-buku agama. Sekarang cukup ketik digoogle atau bahkan lansung bertanya ke AI seperti ChatGPT. Ini tentu memudahkan, tapi juga berbahaya jika informasi yang didapat tidak bersumber dari ulama yang benar atau dipahami secara keliru. Allah Swt. berfirman
وَمَآ اَرْسَلْنَا
مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ
الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ
Ayat ini menegaskan bahwa dalam hal agama, kita butuh bertanya kepada ahlinya, tanya AI itu cepat, tapi belum tentu tepat.
Ketika Dakwah Tergeser oleh Kecanggihan
Banyak yang mulai merasa tak perlu hadir di kajian, tak perlu mengaji, karena merasa semua jawaban bisa ditemukan lewat AI atau internet. Di sinilah peran muslimah penting untuk menunjukkan bahwa dakwah bukan sekadar menjawab pertanyaan, tapi membangun karakter, adab, dan kedekatan dengan Allah
Dakwah Muslimah di Tengah Tren
Sebagai muslimah yang ingin berdakwah, kita bisa memilih sikap berikut:
- Tidak alergi pada teknologi, tapi tetap meletakkan batas karena AI bisa jadi alat bantu, tapi bukan tempat berguru.
- Mengajak kembali ke majelis ilmu dengan mengadakan kajian offline, diskusi kecil, atau kelas interaktif yang berisi bimbingan ruhani.
- Membuat konten edukatif yang menekankan pentingnya bertanya kepada ahlinya, bukan ke AI atau sumber tak jelas.
Dakwah Butuh Ilmu dan Adab
Banyak muslimah semangat berdakwah di media sosial, tapi lupa menuntut ilmu secara mendalam. Banyak juga yang ingin menjawab pertanyaan agama, padahal belum memiliki bekal cukup. Maka dari itu bekali diri dengan ilmu. Jangan hanya semangat berdakwah, tapi juga jujur saat belum tahu. Lebih baik mengarahkan kepada yang lebih ahli, daripada memberi jawaban asal-asalan.
Kecanggihan AI Tak Bisa Menggantikan Keberkahan Ilmu dari Ulama
Wallahu a'lam bishawab...
Penulis : Fadhilah