Selasa, 29 Juli 2025

Belajar Tak Pernah Terlambat: Refleksi Pendidikan dari Masa ke Masa

Kitadankata.com -- Allah SWT berfirman dalam surat Taha ayat 114

. . . وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

Artinya: ". . . Dan katakanlah: Ya tuhanku, Tambahkanlah ilmu kepadaku." 

Pendidikan selalu berubah seiring zaman. Dulu, belajar di pesantren maupun di sekolah bukan hal yang mudah. Disiplin keras, bahkan hukuman fisik dianggap biasa. Seorang santri bisa di pukul rotan karena salah membaca. Namun dari situ, lahirlah para ulama besar dan pemimpin bangsa. 

Imam Syafi'i pernah berkata: 

"Barang siapa yang tidak merasakan pahitnya belajar walau sesaat, maka ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya." 

Namun zaman telah berubah. Hari ini, memukul bisa dianggap kekerasan dan dibawa ke ranah hukum. Apakah ini berarti pendidikan menjadi lunak? Tidak selalu. Justru ini menjadi tantangan bagi para guru, orang tua, dan pelajar untuk menemukan cara belajar yang tetap tegas namun manusiawi, tetap berisi tapi tidak melukai. 

Mendidik di Zaman yang Berbeda

Dulu, belajar adalah perjuangan berat dan disiplin tinggi. Sekarang, tantangannya bukan lagi soal rotan, tapi gadget, overload informasi, dan rendahnya fokus. Jika dulu tantangannya datang dari luar, sekarang datang dari dalam: malas, menunda-nunda, mudah terdistraksi.

Ibnu Qayyim Al-Jauzi mengatakan: 

"Ilmu tidak akan bisa diraih dengan tubuh santai." 

Ini menegaskan bahwa meski zaman sudah berubah, semangat perjuangan tetap harus sama. Kita tidak lagi butuh rotan, tapi kita tetap butuh komitmen, rasa malu pada kebodohan, dan kesungguhan hati dalam mencari ilmu.

Belajar Tidak Pernah Terlambat

Ada anggapan, kalau sudah dewasa atau telat belajar, maka semuanya sia-sia. Ini sangat keliru. Rasulullah SAW bersabda: 

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)

Tidak ada batas usia atau keadaan yang bisa menghalangi seseorang untuk mulai belajar. Bahkan banyak ulama besar yang baru memulai pencarian ilmunya di usia matang. Imam Al-Khatib Al-Baghdadi menyebut bahwa ilmu itu seperti air hujan, tidak memilih tanah mana yang ia suburkan asalkan tanah itu menerima dan merawatnya.

Solusi Pendidikan Masa Kini: Tegas, Lembut, dan Relevan

Maka dari itu, solusi zaman sekarang bukan dengan mengulang kerasnya cara lama, tapi dengan memahami karakter zaman. Guru perlu menjadi pendidik dan juga pendengar. Orang tua perlu menjadi teladan yang juga belajar bersama anaknya. Dan pelajar juga perlu diajak untuk mencintai ilmu, bukan takut padanya. 

"Sampaikanlah ilmu kepada orang lain dengan cara yang mereka pahami," (Ali bin Abi Thalib)

Maksudnya bukan zaman yang salah, tapi cara pendekatan yang perlu kita sesuaikan. Ilmu itu bukan untuk di takuti, tapi untuk dicintai. 

Ilmu itu Cahaya Bukan Beban

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا 

“Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak.” (QS. Al-Baqarah: 269)

Setiap zaman punya tangtangannya sendiri. Dulu tantangannya fisik, sekarang tangtangannya mental dan teknologi. Tapi semangat mencari ilmu tetap tidak berubah: butuh kesungguhan, keikhlasan, dan konsistensi. 

Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Bahkan tidak belajar di zaman seperti ini (saat semua kemudahan tersedia) justru adalah sebuah kerugian yang besar. 


Wallahu a'lam bishawab...

Penulis : Zakiaaa