Hubungan Rohani Kiai dan Santri yang Tak Pernah Usai
Dalam dunia pesantren, hubungan antara murid dan guru (santri dan kiai) bukanlah hubungan sementara yang berhenyi begitu proses belajar selesai. Ia adalah ikatan rohani yang terhubung, bahkan ketika jarak membentang dan waktu berjalan. Di mana pun dan kapan pun, jangan sampai melupakan guru yang pernah mengajar dan membimbing kita. Jangan sampai, hanya karena merasa sudah selesai dari interaksi belajar, kita lantas memutus tali yang seharusnya tetap hidup. Dalam khazanah pesantren, keberkahan menjadi taruhannya. Jika murid sudah tidak lagi mengingat sang guru, maka keberkahan hidupnya menyusut, bahkan hilang. Istilah pesantrennya, hidup menjadi "tidak memberkahi" atau kehilangan keberkahan meski tampak berjalan seperti biasa.
مَنْ لمْ يشْكُر النَّاسَ لَمْ يشْكُر الله
“Barang
siapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada
Allah.” (HR. Abu Dawud).
Hadits ini mengingatkan bahwa menghormati guru adalah bagian dari rasa Syukur kita kepada Allah.
Nasihat Imam Al-Ghazali tentang Peran Guru
Imam Al-Ghazali memberikan nasihat yang sangat kuat dan menyentuh tentang pentingnya memiliki guru. Beliau menjelaskan,
يَحْتَاجُ المُرِيدُ إِلَى شَيْخٍ وَأُسْتَاذٍ يَقْتَدِي بِهِ لَا مَحَالَةَ لِيَهْدِيهِ إِلَى سَوَاءِ السَّبِيلِ، فَإِنَّ سَبِيلَ الدِّينِ غَامِضٌ، وَسُبُلَ الشَّيْطَانِ كَثِيرَةٌ ظَاهِرَةٌ. فَمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ يَهْدِيهِ، قَادَهُ الشَّيْطَانُ إِلَى
Artinya: "Seorang murid harus memiliki sosok syaikh dan guru yang diikuti dan menuntunnya ke jalan yang benar. Jalan agama begitu terjal, sementara begitu banyak jalan-jalan setan. Barang siapa yang tidak memiliki guru, maka setan akan menyesatkan jalannya. Seperti orang yang melewati sebuah pedalaman berbahaya tanpa pemandu, maka akan sangat mengancam keselamatannya. Orang yang tanpa guru, laksana pohon yang tumbuh tanpa diurus. Dalam waktu dekat akan mati. Andai pun pohon itu hidup dalam waktu yang lama, tak akan berbuah. Penjaga murid adalah gurunya. Berpeganglah padanya." (lihat Ihya 'Ulumuddin, juz 1, hal 98)
Guru Sebagai Sumber Cahaya dan Penjaga Keberkahan
Sowan: Jalan Pulang Menuju Cahaya
Sowan adalah cara kita menunjukan bahwa kita tidak pernah benar-benar pergi. kita hanya sedang berjalan, namun tetap membawa adab dan sambungan rohani itu dalam hati. Dan ketika langkah-langkah mulai goyah, hati mulai kabur, atau hidup terasa kehilangan arah, sowan menjadi jalan pulang. Pulang kepada yang pernah menuntun. Pulang kepada keberkahan. Pulang kepada cahaya.
Sebagimana Hadits Qudsi yang diriwayatkan dalm Shahih Bukhori dan Muslim dan ini juga yang disampaikan oleh Gus Mamak Kholil Karim kepada kami,
أَنَا
عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
“aku sesuai dengan prasangka hambaku
kepadaku.”