Minggu, 27 Juli 2025

Tak Harus Sempurna untuk Menginspirasi

Katadankita.com - Tidak semua orang percaya diri saat harus tampil di depan umum. Bahkan seorang mahasantri atau pendakwah yang sebenarnya punya kemampuan menyampaikan dengan baik, bisa merasa gemetar saat dilihat banyak orang. Suara jadi kecil, pandangan kabur, pikiran seolah kosong. Tapi justru dari situ, proses belajar dan keberanian dimulai. 

Grogi itu Wajar 

Bukan karena tidak bisa, tapi karena gugup. Bukan karena tak tahu materi, tapi karena merasa belum siap dinilai. Itulah yang dialami beberapa mahasantri ketika diminta bicara di depan banyak orang. Meski penyampaiannya bagus, runtut, tenang, dan tulus tapi tetap saja rasa minder dan takut salah menyelimuti hati.

Apa Saja Sisi Baik dan Kurangnya?

Grogi bukan berarti gagal, justru di balik kegugupan itu ada banyak hal positif. Adapun kelebihannya yaitu penyampaian yang alami, tidak dibuat-buat, dan terasa tulus. Sementara kekurangannya, fokus bisa terpecah, pesan jadi tidak tersampaikan maksimal. Tapi selama niatnya baik dan tetap berusaha menyampaikan, maka itu sudah langkah besar yang patut diapresiasi.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Dalam dunia psikologi, rasa takut berbicara di depan umum disebut public speaking anxiety. Ini bisa diatasi dengan beberapa cara, salah satunya adalah memperkuat self-efficacy, yaitu kepercayaan diri terhadap kemampuan pribadi. Albert Bandura menyebut ada empat hal untuk meningkatkan self-efficacy :
  1. Pengalaman langsung yaitu latihan dan pengalaman nyata membuat kita terbiasa.
  2. Melihat orang lain berhasil yaitu dengan menyaksikan orang lain tampil baik memberi efek positif.
  3. Motivasi dari orang sekitar karena dengan dukungan verbal bisa membangitkan keberanian.
  4. Mengelola emosi dan tubuh dengan menenangkan diri sebelum tampil 
Di sisi lain, Islam juga mengajarkan bahwa niat yang ikhlas adalah kunci keberhasilan. Dalam Ta’limul Muta’allim, Al-Zarnuji menyebutkan bahwa keberkahan ilmu itu tergantung pada niat dan kesungguhan. Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin bahkan menjelaskan bahwa latihan batin (mujahadah) dan rasa malu yang muncul di awal adalah bagian dari proses jiwa menuju kematangan.


Tidak Percaya Diri Bukan Berarti Tidak Mampu

Ternyata, pengalaman berbicara yang awalnya terasa menakutkan bisa menjadi titik awal munculnya keberanian. Yang penting adalah mau mencoba. Dari situ kepercayaan diri tumbuh, dan penyampaian jadi makin matang. Kita tidak harus sempurna dulu untuk bisa menginspirasi. Justru dari proses belajar dan keberanian itulah pesan menjadi bermakna.


Wallahu a'lam bishawab...