![]() |
Cahaya di Ujung Usia: Menghapus Buta Huruf Al-Qur'an di Kalangan Orangtua |
Kitadankata.com -- Bagi sebagian orangtua, usia senja seringkali identik dengan masa istirahat dan perenungan. Namun, tidak sedikit dari mereka yang masih menyimpan keinginan dalam diam: belajar membaca Al-Qur’an, kitab suci yang selama ini hanya bisa mereka dengar tanpa benar-benar bisa mengejanya sendiri. Rasa malu, takut terlambat, hingga keterbatasan daya ingat kerap menjadi penghalang.
Padahal, tidak ada kata terlambat untuk mengenal kalam Ilahi. Selama nafas masih berhembus, pintu cahaya Al-Qur’an tetap terbuka. Inilah saatnya generasi muda, komunitas Islam, dan keluarga menjadi bagian dari gerakan mulia: menghapus buta huruf Al-Qur’an di kalangan orangtua.
![]() |
Al-Qur’an adalah Petunjuk Sepanjang Hayat
Allah menurunkan Al-Qur’an bukan hanya untuk anak muda, santri, atau orang yang cakap ilmu. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh umat manusia, dari lahir hingga menjelang ajal.
هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
"Sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Tidak heran jika Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)
Hadis ini tidak membatasi usia. Siapapun yang ingin belajar membaca Al-Qur’an, entah tua atau muda, anak-anak atau lansia, tidak ada batasan umur untuk mempelajari Al-Qur’an.
Menghapus Buta Huruf Al-Qur’an Adalah Jalan Pahala Jariyah
Membantu orangtua belajar Al-Qur’an, meskipun hanya huruf demi huruf, adalah amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Bahkan jika mereka hanya bisa membaca surah-surah pendek menjelang akhir usia, itu adalah cahaya yang menyinari kubur mereka kelak.
"Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya." (HR. Muslim)
![]() |
Langkah-Langkah Menghapus Buta Huruf Al-Qur’an di Kalangan Orangtua
1. Bangun Semangat Melalui Empati dan Motivasi
Alih-alih menyalahkan masa lalu atau mengungkit kebodohan, ajak orangtua dengan kata-kata lembut. Katakan bahwa:
• Belajar di usia tua adalah bentuk ketulusan kepada Allah.
• Rasulullah pun mengajarkan Islam secara bertahap kepada orang-orang dewasa dan tua.
• Allah menyukai orang yang mau belajar meski penuh keterbatasan.
Contoh kata motivasi:
"Ibu, setiap huruf yang ibu baca insyaAllah berpahala. Tidak apa-apa lambat, yang penting terus berjalan."
2. Gunakan Metode Pembelajaran yang Ramah Usia
Orangtua memiliki daya tangkap dan memori berbeda dengan anak muda. Maka metode belajar harus disesuaikan:
• Gunakan huruf besar dan jelas dalam mushaf.
• Lakukan pengulangan dengan suara keras (metode talaqqi).
• Ajarkan huruf hijaiyah satu per satu, jangan terburu-buru ke surah panjang.
• Gunakan latihan menulis huruf hijaiyah untuk memperkuat visual dan motorik.
• Terapkan sistem halaqah kecil dan akrab, bukan kelas besar yang formal dan kaku.
![]() |
3. Libatkan Keluarga dan Komunitas
Suksesnya gerakan ini bergantung pada dukungan lingkungan. Maka:
• Ajak anak-anak muda untuk menjadi mentor ngaji bagi orangtua di sekitar.
• Dorong masjid membuat kelas lansia khusus belajar Iqra’ dan tajwid dasar.
• Libatkan majelis taklim dalam gerakan ini, bukan hanya untuk ceramah, tapi juga untuk praktik membaca.
4. Sisipkan Kisah dan Makna Ayat yang Menyentuh
Sisipkan kisah-kisah menarik dan menyentuh hati agar mereka tak hanya belajar membaca, tapi juga merasakan kedalaman Al-Qur’an. Contoh kisah:
Kisah Sahabat Umar bin Khattab yang awalnya membenci Islam, namun akhirnya luluh saat mendengar lantunan Surah Taha.
Atau kisah Rasulullah ﷺ yang menangis saat mendengar ayat:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۢ بِشَهِيدٍۢ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًۭا
"Bagaimana jika Kami datangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat, dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka?" (QS. An-Nisa: 41)
Ketika ayat ini dibacakan, Nabi menangis dan berkata, "Cukup."
Karena beliau membayangkan tanggung jawabnya sebagai saksi atas umat.
Cerita semacam ini bisa menyentuh batin orangtua dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an.
![]() |
Kita Butuh Gerakan Nasional Menghapus Buta Huruf Al-Qur’an
Usia tua bukanlah masa redup, melainkan masa panen. Jika selama ini seorang ibu belum sempat belajar Al-Qur’an karena kehidupan yang keras, maka sekarang adalah waktu yang paling mulia untuk menjemput cahaya.
Bahkan jika di usia senja mereka baru bisa membaca "Alif Ba Ta", Allah tetap menghargai perjuangannya.
وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-‘Ankabut: 69)
Mengajarkan anak-anak membaca Al-Qur’an adalah sebuah amal yang mulia. Tapi mendampingi orangtua yang baru belajar di usia lanjut adalah bentuk cinta yang mendalam, bentuk syukur atas ilmu, dan perwujudan bakti yang nyata.
Sudah saatnya kita jadikan pengajian lansia sebagai prioritas dakwah. Kita bantu mereka mengucap huruf demi huruf. Karena barangkali, suara mereka yang terbata-bata itu… adalah bacaan yang paling menyentuh langit.
Penulis: A'yun