Rabu, 30 Juli 2025

Cahaya Muslimah dalam Berdakwah : Ketika Diam Bukan Berarti Tak Bisa Menyiarkan Al-Qur’an


Kitadankata.com - Dalam kehidupan seorang muslimah, terdapat peran besar yang sering kali tidak ditandai dengan suara. Dakwah mengajak kepada kebaikan dan ketaatan kepada Allah dan tidak terbatas pada mimbar, seminar, atau ceramah semata. Bagi seorang muslimah, dakwah dapat hadir dalam bentuk yang lebih halus, melalui keteladanan dan sikap yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

Banyak yang mengira bahwa dakwah hanya bisa dilakukan oleh mereka yang pandai berbicara di depan umum. Padahal, tidak semua pengaruh datang dari suara. Ada pengaruh yang lahir dari tulisan, dari keteladanan, dan dari niat yang tulus dalam diam. Setiap langkah kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas bisa menjadi bagian dari dakwah, sekecil apa pun itu.


Dakwah Tak Selalu Lewat Lisan

Dakwah yang berarti mengajak kepada kebaikan dan mengarahkan manusia menuju jalan Allah, tidak terbatas pada ceramah, seminar, atau panggung-panggung terbuka. Seorang muslimah bisa berdakwah melalui banyak cara termasuk lewat tulisan dan sikap. 

Dalam Islam, segala bentuk ajakan kepada kebaikan adalah dakwah. Maka diam bukanlah alasan untuk berhenti menyampaikan kebenaran. Bahkan tanpa suara, seorang muslimah tetap bisa menyampaikan nilai-nilai Islam yang indah.

Dakwah Lewat Tulisan: Kekuatan yang Sering Terlupakan

Salah satu bentuk dakwah yang sering dilupakan adalah dakwah bil kitabah, yaitu dakwah melalui tulisan. Dalam istilah lain, ia juga disebut dakwah bil qalam yaitu dakwah menggunakan pena. Allah SWT berfirman:

نۤ ۚوَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَۙ 

“Nun. Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (QS. Al-Qalam: 1)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa tulisan memiliki posisi mulia dalam Islam. Lewat pena, ilmu bisa disebarkan, kebaikan bisa diteruskan, dan hati bisa tersentuh. Tulisan adalah bentuk dakwah yang bisa melintasi ruang dan waktu. Ia bisa dibaca siapa saja, kapan saja, bahkan setelah penulisnya tiada.

Era Digital Peluang Besar untuk Muslimah Berdakwah

Di zaman digital seperti sekarang, ruang untuk berdakwah semakin terbuka lebar. Media sosial, blog, e-book, caption Instagram, atau status WhatsApp  semuanya bisa jadi ladang dakwah jika digunakan dengan niat yang benar. Menurut Fitria (2019), dakwah bil qalam membantu menutupi kelemahan dari dakwah lisan. Tidak semua orang bisa hadir di majelis ilmu, tapi banyak yang membaca lewat layar. Di sinilah peran muslimah begitu besar yaitu berdakwah tanpa harus berbicara keras, cukup dengan menulis yang baik dan menyentuh hati.

Tulisan tidak harus panjang atau ilmiah. Kadang, satu paragraf sederhana yang mengajak untuk sabar, jujur, atau menjaga shalat, bisa jauh lebih dalam maknanya bagi pembaca.

Menjadi Muslimah yang Menyebarkan Cahaya

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”(HR. Ahmad)

Maka saat seorang muslimah menulis tentang kebaikan akhlak, lalu membagikannya sebagai inspirasi untuk orang lain, ia sedang menjalankan sunnah Rasul. Dakwahnya tidak bersuara, tapi tetap sampai.

Muslimah yang menulis dengan hati, membagikan kebaikan dengan bijak, dan menjaga adab dalam setiap kata itulah cahaya sejati. Ketika belum bisa berbicara lantang, tetap bisa berkarya lewat pena. Ketika belum mampu berdiri di depan umum, tetap bisa hadir lewat tulisan yang menjangkau banyak hati.

Tutup dengan Cahaya, Buka Jalan Kebaikan

Jangan pernah ragu untuk menulis. Mungkin bagi kita itu hanya satu status pendek, satu paragraf ringan, atau satu catatan harian. Tapi bisa jadi, dari tulisan itu ada yang terbuka hatinya, ada yang kembali kepada Al-Qur’an, ada yang terselamatkan dari dosa. Diam bukan berarti tak mampu berdakwah. Dalam diam, muslimah bisa menjadi cahaya yang menerangi tanpa suara, menyampaikan tanpa terlihat, tapi dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.


Wallahu a'lam bishawab...



Penulis : Fadhilah